MARHABAN YA RAMADLAN
Oleh: Nur Akhlis*
Marhaban Ya Ramadlan, we are so happy to meet you again and we welcome you gladly. Tanpa terasa dua belas bulan berputar begitu cepat tiba-tiba kita ketemu lagi bulan yang dimuliakan Allah SWT yakni bulan Ramadlan. “Bagi siapa yang suka dengan datangnya bulan Ramadlan maka dia akan diharamkan masuk ke neraka”. Begitu kurang lebih makna salah satu hadits Rasulullah SAW.
Banyak alasan diantara kita yang suka menyambut bulan suci Ramadlan, ada yang karena memang sudah tahu bahwa bulan Ramadlan adalah bulan yang penuh berkah sehingga Ramadlan adalah merupakan special chance untuk memaksimalkan ibadahnya, karena beribadah dibulan Ramadlan pahalanya akan dilipat-gandakan oleh Allah SWT, Dzat Yang Mahapemurah.
Namun ada juga mereka yang senang dengan datangnya bulan Ramadlan, karena ingin mengejar keuntungan demi kepentingan bisnis, karena puasa berdekatan dengan hari raya lebaran volume shopping semakin tinggi maka penjualan juga meningkat. Juga banyak orang yang tidak berpuasa karena berbeda keyakinannya atau barangkali masih ogah-ogahan berpuasa tapi mereka suka dengan datangnya bulan Ramadlan hanya karena ingin memanfaatkan “berkah” dari bulan Ramadlan. Tentu bukan golongan orang-orang seperti ini yang disinyalir oleh hadits Rasulullah tersebut.
Yang terjadi ke-salahkaprah-an adalah banyak orang siap-siap berbenah baik rumah maupun pekarangan, masjid , musholla, bukan menjelang Ramadlan tapi menjelang hari raya lebaran, padahal the particular time-nya justru di bulan Ramadlan itulah sebagai chance yang tepat untuk beribadah yang banyak. Tapi mereka justru sibuk mempersiapkan hari Lebaran. Jadi yang disongsong justru Lebarannya bukan puasanya.
Dari sini bisa difahami bahwa masih banyak yang kurang pas pemahamannya tentang makna kehadiran Ramadlan, dan itu sesuai dengan hadits Rasulullah yang artinya, “Seandainya umatku tahu akan arti pentingnya hikmah di bulan Ramadlan niscaya mereka semua minta kalau bisa satu tahun dijadikan bulan Ramadlan semuanya”.
Sebagian dari para Ulama mengklasifikasikan puasa menjadi tiga level. Pertama adalah puasa tingkat awam. Ini lebih identik dengan puasa dendam. Biasanya puasa pada level ini adalah pada tataran anak-anak yang masih baru puasa atau bahkan orang dewasa sekalipun yang tingkat puasanya hanya baru pada tataran menahan diri untuk tidak makan, minum, hubungan seksual di siang hari. Sehingga ketika bedug maghrib tiba langsung makan sepuas-puasnya, karena menahan lapar dan dahaga seharian. Dan itu wajar-wajar saja karena kebutuhan fa’ali manusia yang sangat urgent adalah makan, minum, dan ngesek.
Kedua adalah puasa tingkatan khos. Dalam level ini, berpuasa tidak hanya sekedar menahan diri dari makan, minum, dan kumpul suami istri di siang hari, tapi lebih dari itu panca indera juga ikut puasa. Bagaimana menjaga mata untuk tidak jelalatan melihat sesuatu yang termasuk dilarang oleh agama di bulan Ramadlan, begitupun telinga, apalagi mulut. Karena mulut rawan dengan “kecelakaan” baik yang namanya rasan-rasan (membicarakan aib orang lain), misuh-misuh (bicara jorok, sarkasme), adu domba, bohong, memfitnah, dan masih banyak ruang “kecelakaan” mulut yang lain. Maka manakala, panca indera masih banyak melakukan aktifitas yang dilarang oleh agama berarti “hancurlah” pahala puasa seseorang. Dan ini seperti yang disindir oleh Rasulullah dalam haditsnya, “Banyak orang menjalankan ibadah puasa tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa kecuali hanya lapar dan dahaga saja”. Sehingga mari kita berusaha step by step untuk melatih puasa pada tataran yang kedua ini agar nilai puasa kita bisa bertambah.
Ketiga adalah puasa tingkatan khowasil khowas. Sudah barang tentu ini adalah puasa pada tingkatan advance yang sangat tinggi, karena tingkatan ini tidak hanya sekedar menahan diri dari kebutuhan fa’ali (makan, minum, hubungan badan suami istri di siang hari), juga menahan (puasa) panca indera tapi juga hatinya juga ikut puasa. Bagaimana menjaga hati untuk tidak terjebak dengan penyakit-penyakit hati, baik arogan, iri, serakah serta yang lain-lainnya.
Pada tingkatan orang awam seperti penulis juga disini memang rasanya masih berat untuk menjalankan ibadah puasa berada di level kedua maupun ketiga, tapi mari kita berusaha semaksimal mungkin untuk menapaki jenjang tersebut setapak demi setapak. Kalau tidak mulai sekarang kapan lagi?
Kemudian yang perlu diperhatikan juga dalam menjalankan ibadah puasa adalah tentang rukun-rukun puasa: Niat berpuasa dengan tekad bulat untuk berpuasa lillahi taala dan Menahan diri dari semua yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai dengan terbenamnya matahari. Sedangkan yang membatalkan puasa: Makan dan minum dengan sengaja, Berhubungan badan di siang hari, Haid atau nifas, Muntah dengan disengaja.
Adab serta sunah dalam menjalankan ibadah puasa juga tidak ada salahnya kita perhatikan, seperti; Menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur, Menahan mulut, mata, telinga dari apa-apa yang dilarang oleh Allah SWT, jika tidak maka sia-sialah puasanya, Rajin-rajinlah bersedekah apalagi di bulan Ramadlan pahalanya akan berlipat ganda, Perbanyak membaca al-qur’an baik siang dan malam, memeriahkan malamnya bulan Ramadlan dengan amalan-amalan ibadah seperti shalat tarawih, tahajut, hajat, taubat, tsubutul iman, tasbih, dan masih banyak amalan-amalan yang lain seperti dzikir, tadarus, dll.
Di bulan Ramadlan ada satu malam yang disebut lailatul qadr, yang mana nilai kebaikan malam qadr ini melebihi seribu bulan. Keistimewaan Lailatul Qadr ini tidak mungkin diraih keculai oleh orang-orang tertentu saja. Yaitu oang-orang yang mukhlis dalam menjalankan ibadah Ramadlan dan sudah ready sejak awal untuk menyambut sang”tamu” agung ini.
Kehadiran Lailatul Qodr ini diprediksi oleh Rasulullah SAW di 10 hari paruh terakhir bulan Ramadlan. Sekiranya manusia telah mengasah dan mengasuh jiwanya selama 20 hari berpuasa Ramadlan mereka diharapkan sudah berada ditingkat kesadaran dan kesucian, maka Lailatul Qadr datang menemui manusia tersebut. Saat itu bagi yang mendapatkan lailatul Qadr adalah merupakan “titik tolak” untuk meraih kemuliaan hidup dikemudian hari. Dan mari kita persiapkan sedini mungkin untuk menyambut Lailatul Qodr. Jangan sampai schedule malam yang penuh berkah ini terabaikan begitu saja, karena biasanya pada saat pertengahan puasa semangat ibadah mulai mengendor, jamaah taraweh semakin maju shofnya.
Akhirnya Selamat menunaikan Ibadah Ramadlan dengan penuh keimanan, keikhlasan dan penuh pengharapan ridlo dari Allah SWT selebihnya biar Allah SWT yang menentukannya.
Penulis adalah Dosen tetap STAIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar