Selasa, 22 April 2008

Bersedekah

BERSEDEKAH

Termasuk diantara nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-hambaNya adalah lapang rizki serta badan sehat. Tapi kenikmatan ini akan menjadi kenikmatan semu manakala kita tidak bisa mentasarupkan harta dan kesehatan kita dengan baik. Buat apa kita punya harta banyak tapi bakhil? Buat apa kita berbadan sehat tapi malas beribadah?

Ketika seseorang punya harta melimpah tapi tidak mau sedekah, karena khawatir kalau hartanya berkurang dan dia masih merasa belum punya banyak harta, bahkan justru ingin disedekahi apa namanya ini? Adakah nama yang lebih tepat selain “miskin”? Meski punya harta benda banyak tapi kalau selalu merasa kurang dan kurang maka hakekatnya ia adalah miskin.

Memang dalam diri manusia ada sifat yang kurang terpuji, yaitu bakhil dimana sifat ini kalau dibiarkan akan menjadi hasud. Maka ketika seseorang punya kenikmatan rizki yang lapang tapi kalau sifat bakhilnya lebih dominan maka secara otomatis orang ini akan malas untuk mengeluarkan sebagian hartanya demi kearah kebaikan. Tapi biasanya kalau dibelanjakan demi menuruti kesenangan, hobby atau hal-hal yang bentuknya just for fun biasanya tidak eman-eman. Padahal sebaik-baik harta ialah harta yang dibelanjakan untuk jalan Allah dan yang dapat menjaga seorang manusia dari minta-minta.

Jadi kesalahan fatal yang melingkupi diri manusia adalah ketika beranggapan bahwa harta kita adalah semua harta benda yang ada ditangan kita. Diakui atau tidak, jujur atau tidak bahwa kita sering merasa kaya kalau banyak deposito atau tabungan di bank. Kita merasa tenang dan aman kalau kita mampu bayar bodyguard yang siap mengawal kita kemana-mana. Kita merasa jadi boss kalau bisa membeli apasaja dan investasi dimana saja. Sekali lagi itu semua adalah kenikmatan semu sebelum kita bisa membelanjakan ke jalan Allah.

Dalam hadits Rasulullah dijelaskan bahwa harta atau barang sedekah jika sudah keluar dari tangan pemberinya berkata: Saya kecil engkau besarkan, engkau dulu pelindungku dan sekarang aku menjadi pelindungmu, aku dulu musuh dan sekarang engkau mencintaiku, dahulu aku benda yang fana sekarang engkau mengekalkanku, dahulu aku sedikit sekarang angkau melipatgandakanku.

Kemudian kalau kita tengok Alqur’an dalam surat Al – Baqarah ayat 261 yang artinya Wallahu’alam, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Ayat ini diturunkan di saat Rasulullah saw bersiap-siap hendak keluar pergi menuju medan perang Tabuk sambil menyerukan kepada sahabat-sahabatnya agar bersedekah, seruan tersebut langsung disambut oleh Abdurrahman bin Rauf dengan menyerahkan empat ribu derham kepada Rasulullah dan berkata: Ya Rasulullah, harta milikku hanya delapan ribu derham, empat derham aku tahan untuk diriku dan keluarga dan empat ribu derham ini aku serahkan bagi jalan Allah. Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan. Jawab Rasulullah saw. Kemudian datang sahabat Utsman bin Affan dan berkata pada Rasulullah: Ya Rasulullah saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyai.

Jadi, betapa besarnya makna sebuah sedekah terutama dalam perjuangan di jalan Allah. Terkadang kita memang ogah-ogahan untuk mengeluarkan sebagian dari harta kita karena faktor kedonyan. Dan faktor kedonyan inilah yang menjadikan seseorang mahjub (terhalang) dengan Sang Kholik yaitu Allah SWT.

Ada cerita dari sahibul hikayah, bahwa terjadi pada suatu masa di mana kekeringan paceklik sedang menimpa Bani Israil bertahun-tahun. Seorang perempuan yang sedang memegang sepotong roti untuk dimakan, tiba-tiba mendengar suara dari luar orang meminta-minta sesuap makanan karena lapar, diberikannyalah sepotong roti yang sudah berada diujung mulutnya itu kepada si miskin tadi. Beberapa hari kemudian pergilah si perempuan bersama anaknya yang masih kecil mencari kayu bakar di hutan. Tiba-tiba anak kecil tadi diserang dan dibawa lari oleh seekor serigala, lalu berteriak-teriaklah si ibu minta tolong sambil lari mengejar serigala tersebut. Dalam keadaan begitu panik berkenanlah Allah mengutus malaikat Jibril menyelamatkan si anak dari mulut serigala dan mengembalikan kepada si ibu sambil berkata: Hai hamba Allah! Terimalah anakmu ini sebagai imbalan dan balasan atas roti yang telah engkau berikan kepada orang yang sedang lapar.

Maka alangkah indahnya kehidupan ini bila kita mau saling berbagi harta yang kita punyai. Kita saling membantu, kita saling meyayangi, kita saling menghargai, kita saling empati kepada sesama muslim. Bukankah sesama muslim adalah saudara? Sebagaimana jasad yang satu?

*) Tulisan ini telah terbit di Radar Kediri (Jawa Pos Group) tanggal 7 Desember 2007 oleh Nur Akhlis

Tidak ada komentar: