API PERTAMA
Nabi Adam AS dan ibu Hawa, istrinya, terusir dari surga karena tipuan iblis. Dengan perasaan sangat menyesal mereka meninggalkan tempat yang penuh kebahagiaan itu. Mereka berdua diturunkan ke bumi dan terpaksa harus bersusah payah mencari makan, minum dan tempat tinggal. Apa yang mereka alami jauh berbeda dengan di surga yang serba indah, dan nikmat.
Ketika mendapatkan daging buruan, mereka bingung bagaimana harus memasaknya. Maka berdoalah Nabi Adam AS memohon petunjuk kepada Allah yang Maha Pencipta.
Allah SWT memerintahkan malaikat Jibril untuk mendatangi malaikat Malik, penjaga neraka. Di pintu neraka malaikat Malik bertanya:
“Apa maksud kedatanganmu kesini wahai Jibril?”
“Aku ingin meminta sedikit api untuk keperluan masak nabi Adam di bumi”
“Seberapa banyak?”
“Sebesar buah kurma cukuplah.”
“Jika kuberikan sebesar kurma, akan hanguslah langit dan bumi karena panasnya.”
“Kalau begitu, separuhnya saja.”
“Separuhnya sekalipun masih sangat panas. Langit tak akan lagi mencurahkan hujan dan bumi tak akan lagi dapat menumbuhkan tanaman.”
Lantas Jibril memohon kepada Allah: “Ya Allah, seberapa banyakkah api yang harus kuminta?”
“Sebesar biji zarrah saja.” Jawab Allah.
Biji zarrah tak lebih besar dari biji bayam. Sebesar itulah api untuk dunia yang diminta malaikat Jibril dari malaikat Malik.
Ketika menyerahkan sumber api tersebut, malaikat Malik berpesan: “Jangan langsung kau berikan kepada nabi Adam AS.”
“Mengapa?” Tanya Jibril.
“Masih terlalu panas, kalau hanya digunakan untuk sekedar memasak.”
“Jadi, harus diapakan dulu?”
“Cucilah lebih dahulu.”
“Dengan apa?”
Mengikuti saran malaikat Malik, maka dicucilah api yang baru diambil dari neraka itu dengan air yang berasal dari tujuh puluh sungai. Bilasannya pun tujuh puluh kali. Begitupun, api itu tidak langsung diserahkan kepada nabi Adam AS. Ketika dibawa ke bumi, mula-mula api tersebut diletakkan diatas sebuah bukit. Apa yang terjadi? Seketika itu bukit musnah. Api itu kembali ke tempat asalnya di neraka. Sisa asapnya membekas diatas batu-batu dan besi, warnanya hitam sampai sekarang.
Jadi api yang kita lihat di dunia sampai sekarang ini hanyalah sisa dari percikan asap api neraka. Ukurannya tak lebih besar dari sebiji zarrah. Wallahu A’lam